Jejak
Kecil di Tanah Budaya: Merajut Tradisi
dalam
Tawa Anak Desa
By: Biwara Nala Seta
Memulai kisah:
Mengambil Resiko
dan Memilih
Bergabung
bersama PPKO HMPS PGSD
Selayaknya
manusia, dihadapkan pada sebuah pilihan yang memiliki pengaruh terhadap masa
depan tidak bisa semudah itu untuk memutuskannya. Dengan beberapa pertimbangan
yang banyak mencuri waktu berpikirku, aku
memberanikan diri untuk mengambil keputusan bergabung bersama PPKO HMPS PGSD.
Keputusan ini menjadi perkara yang sulit karena dengan memilih bergabung
bersama PPKO HMPS PGSD aku
kembali menambah daftar kegiatanku. Sejak awal kehidupanku menjadi mahasiswa
memang memilih untuk tidak hanya kuliah di kelas dan pulang, namun aku memilih
banyak mengikuti kegiatan kampus yang bisa menjadi saranaku untuk mengembangkan
soft-skill yang aku punya.
Setelah
lama memikirkan
keputusan itu, aku memilih bergabung bersama PPKO HMPS PGSD dengan pertimbangan
PPKO HMPS PGSD akan banyak memberi aku pengalaman yang berkesan dan bermanfaat
untuk diriku sendiri. Aku memilih bergabung dengan PPKO HMPS PGSD juga karena
tau bahwa PPKO atau Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan ini
merupakan program dari Kemendikbud langsung yang cukup bergengsi dikalangan
mahasiswa. Namun, yang menjadi pemantik utamaku untuk ikut terlibat dalam
program ini adalah tawaran rekognisi
KKN dan kuliah semester 7. Aku merasa bahwa ini adalah kesempatan yang baik
untuk bisa lulus kuliah dengan cepat sesuai dengan rencana. Selain itu
desas-desus jika program ini lolos sampai tahap terakhir atau Abdidaya akan di
laksanakan di Bali juga semakin meyakinkanku untuk ikut serta dalam program
ini. Dan pada
akhirnya dengan penuh keyakinan, aku ikut bergabung dalam PPKO HMPS PGSD.
Bertemu dengan
para penakluk: Menyatukan pandangan
Setelah
memutuskan ikut bergabung dalam PPKO HMPS PGSD aku bertemu dengan 14 orang yang
sebagian
besar memang sudah aku kenal. Aku mengenal mereka karena kita memang sejak awal
tergabung dalam HMPS PGSD, namun tentunya ada perbedaan tersendiri antara HMPS
PGSD dan PPKO HMPS PGSD. Ini menjadi berbeda karena keduanya memiliki tujuan
atau goals yang berbeda.
Bersama
ke-14 temanku, kami mulai membentuk tim yang terstruktur, hampir semua
ditempatkan pada keahlian tertentu. Mereka yang tergabung dalam program ini
memang lah orang-orang yang memiliki pandangan yang lebih luas, mereka memiliki
target-target yang ingin mereka capai, bahkan pada beberapa momen mereka
layaknya monster yang akan menerjang rintangan apapun demi pencapaian mereka.
Bagiku mereka benar-benar menakjubkan.
Setelah
kami terbentuk, kami mulai menyatukan pandangan kami tentang program yang akan
kami lakukan kedepannya. Kami menyadari bahwa kami berasal dari latar belakang
yang berbeda, kami juga berbeda mengenai cara berpikir kami, pun juga dengan
alasan bergabung bersama PPKO yang berbeda juga tiap orang. Maka dari itu kami
menyatukan persepsi dan pandangan perihal ke arah mana program ini akan
berjalan. Target kami sama dengan orang-orang yang ikut program PPKO yaitu
lolos Abdidaya. Namun tentunya itu bukanlah hal yang mudah, sebab untuk bisa
lolos Abdidaya kita juga harus bersaing dengan kelompok PPKO lain, selain itu
ketentuan untuk lolos Abdidaya juga tidaklah mudah. Maka dari itu, kami
tempatkan Abdidaya sebagai bonus akhir, yang terpanting adalah bagaimana
caranya untuk bisa memaksimalkan program yang akan kami jalankan.
Sebagai
target akhir, Abdidaya terus kami usahakan untuk bisa mencapainya. Namun kami
juga mempersiapkan
diri andai saja kami tidak berhasil bisa sampai sana. Kami juga membangun
mental legowo andaikan kami tidak berhasil mencapainya. Maka, aku dan beberapa
temanku sudah akan sangat
bersyukur jika program ini sampai lolos pada tahap pendanaan. Aku sudah sangat
bersyukur karena dengan lolosnya kami pada tahap pendanaan, kami sudah bisa
rekognisi
KKN dan kuliah semester 7. Hal ini sudah sangat membantuku dalam memenuhi
targetku untuk bisa lulus kuliah dengan cepat dan sesuai rencana.
Setelah
prinsip kami sudah searah, kami yang sudah dibagi kedalam job dan tugas kami
masing-masing mulai memahami tugas kami dengan proker yang akan berjalan.
Kemudian
setelah waktunya tiba, kami mulai mengeksekusinya sebaik mungkin job-job kami
masing-masing supaya target kami bisa tercapai.
Naikan jangkar;
Turukan layar; Mari berlabuh menuju peraduan.
Setelah lama memikirkan dengan
berbagai pertimbangan, Nahkoda atau ketua kami memutuskan kotak palu berlayar
mengarungi tantangan untuk sampai ke Abdidaya dengan mengangkat topik tentang permainan
tradisional. Kami memilih menjalankan program ini dengan judul “Desa Dolanan
Anak: Optimalilasasi Desa Wirokerten Berbasis Kearifan Lokal Melalui Permainan
Tradisional Sebagai Pusat Daya
Tarik Wisata dan Edukasi”
Kami memilih mengambil topik
tersebut bukan tanpa sebab, kami merasa bahwa topik itu sangat menarik untuk
dilaksanakan pada program PPKO. Kami merasa bahwa desa Wirokerten yang terkenal
dengan antusiasnya melestarikan budaya akan lebih lengkap jika ditambah juga
melestarikan permainan tradisional yang hampir punah oleh zaman. Dan untungnya,
sebagian besar masyarakat
desa Wirokerten menyambut niat baik
kami yang ingin mengembangkan permainan tradisional, meskipun tidak semua
menyambut dengan antusias yang sama. Namun itu bukan menjadi masalah yang rumit
bagi kami, asalkan dapat diterima dan mendapat dukungan, kami akan tetap
menaikkan jangkar dan berlayar bersama topik yang akan kami angkat.
Melebarkan
sayap potensi: Bekerja pada bidangnya
Pada
program PPKO di desa Wirokerten ini aku ditempatkan pada bidang yang sesuai
dengan keahlianku, aku memiliki sedikit keahlian dalam bidang media, fotografi,
dan desain grafis. Ini menjadi cukup mudah karena aku bisa bekerja sesuai
dengan bidang keahlianku. Bekerja pada bidang yang sesuai dengan passion
dan kemampuan merupakan kunci untuk mencapai kesuksesan dan kepuasan dalam
bekerja. Aku bersyukur bisa bekerja pada bidang yang tepat, sebab dengan
bekerja pada bidang yang sesuai aku tidak hanya menghasilkan kinerja yang
optimal, tetapi juga merasakan kebahagiaan dan pemenuhan diri. Bekerja pada
bidangnya memungkinkanku untuk memanfaatkan potensi diri secara maksimal. Aku
dapat menggunakan keterampilan, pengetahuan, dan bakat alamiku untuk memberikan
kontribusi yang signifikan. Hal ini tidak hanya meningkatkan produktivitas,
tetapi juga memberikan rasa bangga dan kepuasan dalam diri.
Ketika
aku bekerja pada bidangnya, aku memiliki kesempatan untuk terus belajar dan
berkembang. Lewat tanggung jawab untuk bekerja dalam bidang media, aku juga sekaligus
dapat memperdalam pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan mengambil
tantangan baru. Proses pertumbuhan ini tidak hanya bermanfaat bagi
keterampilanku, tetapi juga memperkaya skillku secara pribadi. Bagiku
bisa bekerja pada bidangnya dapat membangkitkan
motivasi dan antusiasme dalam diri. Ketika kita menikmati apa yang kita
kerjakan, kita cenderung lebih bersemangat, kreatif, dan berkomitmen. Hal ini
tidak hanya meningkatkan kinerja, tetapi juga menciptakan lingkungan kerja yang
positif dan produktif.
Penempatan
posisi dan jobku sesuai dengan keterampilan memungkinkanku untuk memberikan
kontribusi yang bermakna. Aku dapat menggunakan keahlianku untuk memecahkan
masalah, membuat perbedaan, dan memberikan nilai tambah bagi kelancaran program
ini. Mengetahui bahwa pekerjaanku berdampak positif dapat memberikan rasa
tujuan dan kepuasan yang mendalam.
Penempatanku
dalam job media khusunya fotografer, telah menjadi pengalaman yang
sangat berharga dan bermakna bagiku. Melalui lensa kamera, aku tidak
hanya menangkap gambar, tetapi juga momen, cerita, dan emosi
yang dapat menginspirasi dan menyentuh hati banyak orang.
Salah
satu tujuan utama dari program pengabdian ini adalah melestarikan budaya
melalui permainan tradisional yang dikenal sebagai dolanan anak. Dalam proses
fotografi, aku
belajar untuk lebih peka terhadap esensi budaya yang ada di sekitarku. Setiap permainan
yang diabadikan dalam foto tidak hanya menjadi gambar semata, tetapi juga sebuah
cerita yang menggambarkan nilai-nilai luhur, seperti kerja sama, gotong royong,
dan kebersamaan. Melalui foto-foto ini, aku
berharap dapat menyampaikan pesan tentang pentingnya melestarikan budaya lokal
kepada generasi mendatang.
Bekerja
langsung di
lapangan memberikanku kesempatan
untuk berinteraksi langsung dengan anak-anak dan masyarakat desa. Aku belajar banyak dari
mereka, terutama tentang cara mereka melihat dunia. Anak-anak memiliki cara
pandang yang unik dan penuh imajinasi, yang sering kali menginspirasiku dalam pengambilan
gambar. Melalui interaksi ini, aku
menyadari bahwa fotografi bukan hanya tentang teknik, tetapi juga tentang
membangun hubungan dan memahami konteks sosial yang ada. Setiap senyuman dan
tawa yang aku
tangkap adalah cerminan dari kebahagiaan dan harapan mereka.
Melintasi
Batasan: Sepertinya tidak buruk untuk mencoba hal baru
Mengambil
bagian dalam program pengabdian melestarikan dolanan anak adalah pengalaman
yang tidak hanya memperkaya ilmu yang
sudah aku kuasai, tetapi juga membuka kesempatan bagiku untuk mencoba banyak
hal baru. Pengalaman ini mengajarkanku
betapa berharganya keluar dari zona nyaman dan menemukan
sisi lain dari diri yang sebelumnya tidak aku
kenali. Bagiku program
ini adalah sebuah petualangan baru, penuh dengan tantangan yang sekaligus
membawa kegembiraan.
Salah
satu hal baru yang paling menyenangkan adalah belajar lebih dalam tentang
berbagai dolanan anak yang sebelumnya hanya aku
mainkan waktu kecil atau bahkan beberapa dolanan anak hanya aku
dengar dari cerita orang tua dan
buku-buku sejarah. Permainan seperti gobak sodor, congklak, bentengan, dan
engklek, yang dulunya hanya aku
mainkan secara asal-asalan dan beberapa juga hanya menjadi sebuah
konsep abstrak, kini menjadi bagian nyata dari hidupku. Tidak hanya bermain,
aku
juga harus memahami aturan-aturan setiap permainan, sejarah di baliknya, serta
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Belajar tentang hal-hal ini membuatku merasa lebih terhubung
dengan budaya kita yang kaya, dan memberikan kebanggaan tersendiri karena bisa
menjadi bagian dari upaya melestarikannya.
Kegembiraan lain datang dari kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan anak-anak dan masyarakat desa. Sebagai seseorang yang biasanya lebih nyaman bekerja di belakang layar, aku merasa tertantang ketika harus menjadi fasilitator dalam mengajarkan dolanan anak kepada anak-anak di desa. Awalnya, ada rasa canggung dan khawatir—"bagaimana jika mereka tidak tertarik atau aku tidak mampu menyampaikan dengan baik?” Namun, ketika aku melihat antusiasme dan tawa anak-anak saat mereka mencoba permainan baru, semua kekhawatiran itu sirna. Mengajari mereka tidak hanya memberikan kepuasan pribadi, tetapi juga memberikanku pelajaran berharga tentang komunikasi, kesabaran, dan bagaimana membangun hubungan yang positif dengan orang lain.
0 Komentar