Bagian 2 - Jejak Kecil di Tanah Budaya: Merajut Tradisi dalam Tawa Anak Desa

 


Jejak Kecil di Tanah Budaya: Merajut Tradisi

dalam Tawa Anak Desa

By: Biwara Nala Seta


 Seru! Ada banyak manusia hebat disana

Kegiatan pengabdian masyarakat di Desa Dolanan Anak merupakan pengalaman yang membekas dalam hidupku. Dalam program ini, aku tidak hanya berkontribusi untuk menjadi fotografer dalam menjalankan program ini, tetapi juga berkesempatan untuk bertemu dengan orang-orang hebat yang menginspirasi dengan dedikasi dan semangat mereka. Selama kegiatan, aku juga berkesempatan untuk berinteraksi dengan para orang tua dan tokoh masyarakat setempat. Mereka menceritakan bagaimana permainan tradisional menjadi bagian penting dari identitas budaya mereka. Namun mereka menyayangkan mulai hilangnya permainan tradisional. Anak-anak banyak yang lebih memilih bermain HP ketimbang bermain permainan tradisional. Ketika kami menawarkan untuk mengembangkan permainan tradisional di desa Wirokerten, kami disambut baik oleh para tokoh desa. Mereka senang karena pada akhirnya ada sekumpulan anak muda yang peduli dengan permainan tradisional.

Singkat cerita setelah kami diterima, kami kemudian bertemu dengan para pemuda yang ada di desa tersebut. Para pemuda itu merupakan pemuda penggiat wisata atau mereka sering menyebut diri mereka sebagai Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata), mereka peduli terhadap budaya-budaya yang harus dilestarikan. Mereka juga memiliki keinginan untuk mengembangkan permainan tradisional di desa Wirokerten, namun mereka masih bingung memulainya dengan cara seperti apa. Mereka juga merasa khawatir terhadap anak-anak yang terlalu kecanduan bermain game online pada layar HP. Mereka, para anak-anak di desa Wirokerten, sebagian besar tidak pernah benar-benar mengenal permainan tradisional ini. Nama-nama seperti gobak sodor, engklek, dan bentengan hanya terdengar samar dari cerita-cerita orang tua. Seiring berjalannya waktu, semakin sedikit anak-anak yang bermain di luar rumah, anak-anak memilih terpaku pada layar gadget mereka. Dunia anak-anak yang penuh warna kini berubah menjadi dunia virtual yang cenderung monoton.

Sebenarnya, ajakan kami untuk melestarikan permainan tradisional terdengar meragukan dan tak menarik. Bagaimana mungkin permainan yang terkesan kuno itu bisa bersaing dengan game canggih di ponsel mereka? Tetapi, bagi beberapa orang program ini bisa dicoba di jalankan di desa Wirokerten. Mungkin juga karena ada sesuatu yang lebih dari sekadar bermain, seperti adanya nilai yang lebih dalam dari sekadar hiburan.

Kemudian disepakati kami dan para pemuda desa menjalankan program ini dan menaruh harapan melalui permainan ini, anak-anak di desa Wirokerten bisa belajar banyak tentang budaya dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh nenek moyang. Kami menyadari betapa pentingnya menjaga warisan ini agar tidak hilang ditelan zaman. Permainan tradisional mengajarkan kami tentang kearifan lokal, bagaimana setiap gerak dan langkah dalam permainan itu memiliki makna yang dalam. Misalnya, dalam permainan gobak sodor, ada unsur strategi dan ketangkasan yang mencerminkan cara berpikir nenek moyang kami dalam menghadapi tantangan hidup.

Antusiasme kami semakin bertambah ketika melihat respon anak-anak desa. Mereka yang awalnya acuh tak acuh, lambat laun tertarik untuk ikut bermain. Kami mulai menyelenggarakan lomba-lomba kecil dan mengajak anak-anak lain untuk bergabung. Ternyata, permainan tradisional ini tidak hanya menghibur, tetapi juga melatih fisik, mengasah kecerdasan, dan yang paling penting, mempererat hubungan sosial.

Sekarang, ketika melihat kembali perjalanan kami, aku merasa bangga telah menjadi bagian dari upaya melestarikan warisan budaya ini. Kami, yang dulu hidup dalam bayang-bayang teknologi modern, kini menemukan makna baru dalam kehidupan. Kami belajar bahwa tidak semua yang kuno harus ditinggalkan, dan bahwa ada nilai-nilai yang tak lekang oleh waktu, tersembunyi dalam kesederhanaan permainan tradisional ini.

Melestarikan permainan tradisional bukan sekadar menjaga warisan budaya, tetapi juga sebuah upaya untuk menyambung tali silaturahmi antar generasi. Kami merasa memiliki tanggung jawab untuk meneruskan nilai-nilai ini kepada generasi berikutnya. Di desa Wirokerten, para pemuda bertekad untuk menjaga warisan ini tetap hidup, sehingga anak cucu kami kelak juga bisa merasakan hangatnya kebersamaan dan nilai-nilai yang terkandung dalam permainan tradisional.

 

 

Rehat sejenak, Ada capeknya juga

Program pengabdian untuk melestarikan dolanan anak telah menjadi perjalanan penuh emosi yang menggugah sekaligus menguras energi. Sejak awal, aku dan teman-teman mengemban tugas ini dengan semangat membara. Kami percaya bahwa memperkenalkan kembali permainan tradisional kepada anak-anak di desa adalah langkah penting untuk menjaga warisan budaya kita. Namun, perjalanan ini ternyata tidak selalu berjalan sesuai harapan. Kesedihan dan perjuangan menjadi bagian yang tak terelakkan dari pengalaman ini.

Kesedihan pertama yang aku rasakan muncul ketika melihat betapa sedikitnya anak-anak yang tertarik pada dolanan anak. Banyak dari mereka yang lebih memilih menghabiskan waktu di depan layar gadget daripada bermain di luar rumah. Permainan seperti gobak sodor, congklak, dan bentengan terasa asing bagi mereka, seolah-olah tidak ada daya tarik dibandingkan dengan game digital. Di saat-saat seperti ini, aku merasakan perihnya perbedaan generasi yang semakin lebar, dan aku mulai meragukan apakah usaha kami akan membawa hasil yang berarti.

Lebih menyedihkan lagi, adalah ketika melihat respons orang tua yang kurang mendukung. Bagi sebagian besar orang tua, dolanan anak dianggap kuno dan tidak lagi relevan dengan perkembangan zaman. Mereka lebih fokus pada pendidikan formal dan aktivitas yang dianggap lebih modern, sementara permainan tradisional dianggap hanya sebagai hiburan yang membuang-buang waktu.

Namun, di tengah kesedihan tersebut, ada juga perjuangan yang terus memotivasi kami untuk melangkah maju. Kami tidak bisa menyerah begitu saja. Setiap kali menemui penolakan, kami mencoba untuk mencari cara baru agar dolanan anak bisa diterima kembali oleh masyarakat. 

Perjuangan terbesar datang dari dalam diri kami sendiri. Setiap kali merasa putus asa, aku berusaha mengingat kembali tujuan awal dari program ini. Melestarikan dolanan anak bukan hanya soal menjaga permainan agar tidak punah, tetapi juga soal mempertahankan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Dolanan anak mengajarkan kebersamaan, kerja sama, dan kebahagiaan yang sederhana, nilai-nilai yang sangat berharga di tengah kehidupan modern yang serba cepat dan individualistik. Dengan mengingat hal ini, aku mencoba untuk tetap bertahan, meskipun tantangan yang kami hadapi seringkali terasa sangat berat.

Pada akhirnya, aku menyadari bahwa kesedihan dan perjuangan ini adalah bagian dari proses yang harus dilalui. Melestarikan dolanan anak bukanlah tugas yang mudah, tetapi setiap langkah yang kami ambil, betapa pun kecilnya, adalah upaya untuk menjaga warisan budaya kita tetap hidup. Meski hasilnya mungkin tidak selalu terlihat, aku percaya bahwa usaha kami tidak akan sia-sia. Setiap tawa anak yang kembali bermain di luar rumah, setiap momen kebersamaan yang tercipta, adalah bukti bahwa dolanan anak masih memiliki tempat di hati kita.

Perjalanan ini telah mengajarkanku banyak hal tentang arti perjuangan dan kesabaran. Di balik setiap kesedihan, ada kekuatan yang mendorong kita untuk terus berjuang. Meskipun tantangan yang kami hadapi besar, aku merasa bangga telah menjadi bagian dari program ini. Aku berharap bahwa apa yang kami lakukan akan memberikan dampak positif bagi pelestarian dolanan anak di masa depan meskipun hanya berdampak kecil.

 

 

Bahagia akan selalu terasa, jika sedih masih ada.

Berkumpul bersama dalam program pengabdian untuk melestarikan dolanan anak adalah pengalaman yang penuh dengan kegembiraan dan kebersamaan. Sejak awal, program ini bukan hanya tentang melestarikan permainan tradisional, tetapi juga tentang membangun ikatan yang kuat di antara kami, para pemuda desa, serta dengan anak-anak dan masyarakat desa Wirokerten yang kami kunjungi. Dalam setiap momen kebersamaan itu, aku menemukan banyak hal yang memperkaya hati dan jiwa.

Kebersamaan yang paling aku rasakan adalah saat kami berkolaborasi dalam menyusun rencana kegiatan. Setiap akhir pekan, kami berkumpul untuk berdiskusi, berbagi ide, dan mencari cara terbaik untuk memperkenalkan kembali dolanan anak kepada generasi muda. Diskusi-diskusi ini sering kali diwarnai dengan canda tawa, meski kami juga harus menghadapi tantangan yang tidak mudah. Namun, di balik setiap tawa, ada semangat yang terus membara di antara kami. Kami merasa menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar, yang menghubungkan kami dengan warisan budaya yang begitu berharga.

Salah satu momen yang paling membahagiakan adalah ketika kami mulai melibatkan anak-anak dalam permainan tradisional. Pada awalnya, kami khawatir mereka tidak akan tertarik. Namun, ketika anak-anak mulai tertawa dan berlari-larian saat bermain gobak sodor, egrang, atau bentengan, aku merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Mereka, yang biasanya terpaku pada layar gadget, kini bersemangat bermain bersama di lapangan terbuka. Melihat senyum dan tawa mereka, aku merasa bahwa usaha kami tidak sia-sia. Kegembiraan mereka menjadi bukti nyata bahwa dolanan anak masih bisa memberikan kebahagiaan yang sederhana namun mendalam.

Kebahagiaan ini juga tercermin dalam hubungan yang terjalin antara kami dengan masyarakat desa Wirokerten. Ketika kami pertama kali tiba, ada rasa canggung dan kebingungan. Namun, seiring berjalannya waktu, kami mulai merasa seperti bagian dari masyarakat desa Wirokerten. Beberapa orang tua yang awalnya skeptis, kini mendukung kami dengan sepenuh hati. Mereka ikut bermain, mengajarkan anak-anak mereka, dan bahkan berbagi cerita tentang masa kecil mereka yang penuh dengan permainan tradisional. Momen-momen seperti ini membuat aku menyadari betapa pentingnya kebersamaan dalam melestarikan budaya. Ini bukan hanya tentang permainan, tetapi juga tentang bagaimana kita bisa saling mendukung dan belajar satu sama lain.

Selama program ini, aku juga merasakan kebersamaan yang erat di antara teman-teman PPKO HMPS PGSD. Kami berasal dari latar belakang yang berbeda, tetapi program ini menyatukan kami dalam satu tujuan. Setelah seharian penuh melakukan kegiatan, kami berkumpul, saling berbagi cerita, dan menguatkan satu sama lain. Kebersamaan ini tidak hanya mempererat persahabatan kami, tetapi juga menumbuhkan rasa saling menghargai dan memahami perbedaan. Kami belajar untuk bekerja sama, saling mendukung, dan merayakan setiap pencapaian, sekecil apa pun itu.

Kegembiraan terbesar dari program ini adalah kesadaran bahwa kami tidak hanya melestarikan dolanan anak, tetapi juga membangun ikatan yang kuat dengan sesama. Program ini telah mengajarkanku bahwa kebahagiaan sejati sering kali ditemukan dalam kebersamaan. Ketika kita bekerja bersama, berbagi beban, dan merayakan kemenangan bersama, kita menciptakan kenangan yang akan selalu melekat di hati. Kebersamaan ini memberikan makna yang lebih dalam pada apa yang kami lakukan, dan aku merasa bersyukur telah menjadi bagian dari pengalaman yang luar biasa ini.

Tentang mimpi yang bersemayam 5 cm di depan kepala.

Abdidaya adalah sebuah penghargaan yang sangat kami impikan. Bagi kami, penghargaan ini bukan hanya sekadar prestasi, tetapi juga simbol bahwa upaya kami dalam melestarikan dolanan anak diakui dan dihargai. Tentu saja, harapan untuk bisa mencapai penghargaan ini tidak hanya berakar dari keinginan untuk meraih prestasi, tetapi juga dari keinginan untuk memberikan dampak yang lebih luas dan lebih dalam bagi masyarakat. Kami percaya bahwa dengan pengakuan dari Abdidaya, pesan tentang pentingnya melestarikan budaya dan nilai-nilai yang terkandung dalam dolanan anak akan lebih terdengar dan diterima oleh banyak orang.

Harapan ini mendorong kami untuk terus berinovasi dan berusaha semaksimal mungkin dalam setiap kegiatan. Kami tidak hanya memperkenalkan dolanan anak sebagai sekadar permainan, tetapi juga sebagai alat untuk mengajarkan nilai-nilai penting kepada generasi muda. Dalam setiap sesi permainan yang kami adakan, kami selalu berusaha menanamkan semangat kebersamaan, kejujuran, dan kerja sama. Kami juga berupaya untuk melibatkan masyarakat seluas mungkin, baik melalui kegiatan langsung di lapangan maupun melalui kampanye yang lebih luas di media sosial. Semua ini dilakukan dengan harapan bahwa apa yang kami mulai di desa-desa kecil ini bisa menjadi gerakan yang lebih besar di masa depan.

Namun, di balik harapan besar ini, kami juga menyadari bahwa jalan menuju Abdidaya tidaklah mudah. Ada banyak tantangan yang harus dihadapi, mulai dari keterbatasan waktu dan sumber daya, hingga menghadapi sikap apatis dari sebagian masyarakat yang merasa dolanan anak sudah ketinggalan zaman. Meski begitu, setiap tantangan ini justru semakin menguatkan tekad kami untuk terus melangkah. Kami percaya bahwa setiap langkah kecil yang kami ambil akan membawa kami lebih dekat ke tujuan, dan setiap upaya yang kami lakukan, sekecil apa pun itu adalah bagian dari proses panjang untuk menjaga warisan budaya tetap hidup.

Penghargaan Abdidaya, jika berhasil kami raih, akan menjadi bukti bahwa upaya kami tidak sia-sia. Ini akan menjadi motivasi bagi kami untuk terus melanjutkan program ini dengan lebih semangat dan dedikasi. Lebih dari itu, kami berharap bahwa dengan tembusnya program ini ke Abdidaya, akan semakin banyak orang yang terinspirasi untuk melakukan hal serupa di berbagai tempat lain. Kami ingin dolanan anak kembali menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari anak-anak di Indonesia, menjadi alat yang tidak hanya menghibur tetapi juga mendidik dan memperkuat ikatan sosial.

Pada akhirnya, harapan kami untuk bisa tembus Abdidaya bukanlah semata-mata demi prestasi, tetapi demi sebuah tujuan yang lebih besar. Melestarikan budaya dan menanamkan nilai-nilai luhur kepada generasi penerus. Kami ingin apa yang kami lakukan ini menjadi sebuah langkah kecil menuju perubahan yang lebih besar. Dengan pengakuan dari Abdidaya, kami berharap bahwa perjuangan melestarikan dolanan anak tidak hanya menjadi cerita di masa lalu, tetapi menjadi bagian penting dari masa depan yang lebih baik.


- s e l e s a i -


Juni - Oktober 2024

Desa Wirokerten, Banguntapa, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Posting Komentar

0 Komentar