Eps 2 - Apakah kita seorang sastrawan?
Perihal apakah kita sudah layak dianggap sebagai seorang sastrawan, itu biarlah nantinya dunia yang akan menjawabnya. Untuk saat ini ku rasa akan kurang sopan apabila kita mengaku diri sebagai seorang sastrawan, apa lagi kita hanya bermodal beberapa karya yang masih belum ada nilainya.
(Ah, tapi bagus juga ya dapat julukan sastrawan, ya sudahlah dengan pribadi akan ku sebut kita sebagai seorang sastrawan amatiran.)
Pada dasarnya Kita hanyalah seorang pemuda desa yang kebetulahn sama-sama suka seni sastra. Tapi sebelum pertemuan malam kemarin, aku tak pernah tahu bahwa di Desaku ada juga orang yang berminat dalam dunia kepenulisan.
Arienal Aji Prasetyo (@prasetyoarienal), seorang pemuda yang sebelumnya hanya ku kenal sebagai seorang pemuda desa pada umumnya. Namun setelah pertemuan yang khidmat pada malam itu semua pandanganku terhadapnya berubah drastis, Dia adalah seorang pemuda penggiat sastra yang sepertinya ilmu kesastraanya jauh di atasku. Beberapa kata yang Dia ucapkan; beberapa pengalaman yang Dia ceritakan; beberapa pengetahuan yang Dia bagikan masih asing di telingaku. Tapi, sepertinya memang aku yang masih kurang dalam menyelam ilmu kesastraan.
Senang rasanya bisa ngalor-ngidul membicarakan tentang sastra, apalagi dengan seorang yang masih satu desa, ini adalah salah satu bentuk 'kemewahan' bagiku. Mungkin satu gelas kopi tak akan cukup untuk menemaninya; mungkin satu jam tak akan cukup; mungkin satu kali pertemuan juga tak akan cukup, akan ku nantikan pertemuan-petemuan lain kedepannya. Khusus membicarakan sastra, rumahku akan selalu terbuka, kopi akan selalu siap sedia. Kita cerita lagi tentang JokPin dan SDD, atau W.S Rendra dan Chairil Anwar, atau tentang Fiersa Besari dan Wira Negara, atau tentang Payung Teduh dan Banda Neira, atau tentang novel dan puisi, atau - bagaimana kalau kita ceritakan semuanya saja?
Bagiku sastra itu bagaikan cinta, tak akan cukup sekali saja untuk membicarakannya, harus dan wajib berulang kali dalam mengkaji, menelaah, dan memahaminya.
Jadi, apakah dengan hanya berbincang soal sastra kita sudah bisa menjadi sastrawan? Em, mungkin jawabanku sih "Semoga dan Aamiin"
Semoga dengan pertemuan malam kemarin menjadikan kita lebih "tersesat" dalam dunia sastra dan kepenulisan.
(19'04/22)
~malam-malam di tepi kolam.
0 Komentar