Berkenalan dengan
Puisi
Bagaimana awal aku berkenalan dengan puisi? Jadi gini, dibanding berkenalan mungkin jauh lebih tepat disebut dengan
dikenalkan, hal ini terjadi ketika aku masih anak-anak, waktu
itu aku masih menjadi siswa SD kelas 3 yang hanya mengenal bermain dan belajar.
Siklus kehidupannya hampir sama, pagi belajar di sekolah, siang bermain, malam
bermain sambil belajar bareng ibu.
Awal aku menemukan puisi saat malam belajar didampingi
ibu, aku menemukan sebuah puisi bertemakan ‘kasih sayang kepada ibu’ yang
terdapat pada buku paket SD. Waktu itu aku belum diajarkan tentang puisi di
sekolah, mungkin karena materi puisi belum di ajarkan di kelas bawah. Nah, aku
menemukan di buku paket itu karena ibu sendiri adalah seorang guru yang hobi
juga menyimpan dan mengkoleksi buku, jadi ada banyak buku yang bisa aku baca
tanpa harus terpaut kelas. Bahkan aku ingat sekali dulu waktu masih “bocil” seneng
banget baca buku dokumenter sejarah indonesia yang tebalnya kayak kamus,
beratus-ratus halaman, walaupun sih ngga baca semua, lebih ke ngeliat foto sama
dikit-dikit baca yang waktu itu pasti langsung tanya ibu, kayak liat sebuah
gambar dengan sedikit catatan, semisal sebuah gambar foto pesawat tempur bertuliskan
Abri/TNI atau istilah-istilah lain yang masih awam pasti langsung tanya ke ibu,
ini apa? (Emang agak cerewet kalo dah sama ibu)
Balik lagi ke puisi, aku menemukan sebuah puisi
di buku paket tentang ibu, aku langsung merasa tertarik dan penasaran, “apa ini?”
“bagus banget kata-katanya” tentu saja langsung aku tanyakan kepada ibu, dan
ibu dengan menarik menjelaskan apa itu puisi, setelah ibu menjelaskan bahwa
puisi itu kata-kata indah yang bisa digunakan untuk mengungkapkan perasaan,
suasana, emosi, apa yang dirasakan, aku langsung mencoba membuat sebuh puisi,
tentu saja masih berpacu dengan puisi yang ku temukan di buku itu. Aku sejak
kecil sudah diajarkan selalu untuk menulis sebuah diary book sebagai ungkapan
dan cerita yang dialami hari itu, dengan mengenal puisi aku mencoba hal baru untuk
mengungkapkan sebuah perasaan yang dialami.
Dari situlah puisi pertama aku lahir, puisi
berjudul ibu yang menjadi puisi pembuka di buka pertamaku “Semesta Beraksara”
Sengaja puisi itu ku tampilkan sebagai pembuka di
bukuku yang pertama, sebagai sebuah puisi awal dan dedikasi untuk ibu yang
telah mengajariku puisi dan tentunya telah memberi yang terbaik untukku.
Namun setelah itu, aku tak langsung menjadi anak
yang rajin menulis puisi dan hanya pada tahap tau dan pernah membuat sebuah
puisi.
Sapailah pada masa SMP, sekitar akhir kelas 7 atau
awal kelas 8, ya intinya pertengahan masa SMP aku dan teman akrabku menemukan
video StandUp Wira Nagara, awalnya memang suka nonton StandUp komika lain kayak
Radit, Abdur, atau Dodit, terus munculah Wira Negara, Wira ini memiliki
keterkaitan dengan Banjarnegara dan Ngapak, dari situlah sebagai ‘merasa’
satu kaum langsung penasaran siapa sih Wira ini? Akhirnya mencari tau dan
nontonin videonya Wira, seketika terpukau, tertarik dan suka dengan StandUpnya Wira
yang menggunakan diksi-diksi indah dan bahasa-bahasa puisi.
Dari Wira lah kemudia jiwa-jiwa puisiku kembali
tumbuh, akhirnya sejak itu mulai rajin menulis puisi. Dan karena ter-influencer
oleh Wira kemudian mencoba membuat puisi ala-ala anak kopi, anak senja, atau
kaum-kaum patah hati, padahal aslinya ga tau apa-apa~
Tapi dari sering membuat puisi di masa SMP jadi
benar-benar menyukai puisi, kemudian mulai memanfaatkan komputer di rumah yang
sudah terhubung dengan internet untuk mencari tau lebih dalam tentang puisi,
dari situ mulai membaca potongan-potongan puisi-puisi dari buku-buku milik Eyang
Sapardi, Boy Candra, Wira Nagara, Chairil Anwar. Memang waktu itu aku hanya
menemukan di internet sebab di Banjarnegara terutama di daerahku tinggal toko-toko
buku yang lengkap macam ‘Gramedia’ hampir tidak ada. Paling puisi yang langsung
aku baca dari buku beberapa buku yang ada di perpustakaan pribadi milik ibu
yang entah siapa penulisnya, tapi walaupun begitu tetap aku baca.
Mulai dari SMP dan mengenal puisi berawal dari melihat
StandUp Wira hingga akhirnya tau pujangga lainnya aku jadi lebih tertarik dan sering
menulis puisi dan kebiasaan menulis puisi sejak saat itu selalu ku rawat hingga
sekarang.
Begitulah aku mulai dari ‘dikenalkan’ hingga ‘berkenalan’
dengan puisi.
Lalu, bagaimana ceritamu dengan Puisi? #MariBercerita
di kolom komentar atau di Sosial Mediaku ya!
~Biwara Nala Seta
Yogyakarta, 04 April 2023
0 Komentar